Arturo Gatti Jr., putra petinju terkenal Kanada Arturo Gatti, meninggal secara tragis di usianya yang baru 17 tahun. Kabar duka tersebut dikonfirmasi oleh teman-temannya di postingan media sosial pada hari Rabu. Menurut penyiar TVA Nouvelles Kanada berbahasa Prancis, dia berada di Meksiko bersama ibunya, Amanda Rodrigues, sebelum kematiannya.
Laporan pertama mengenai kabar memilukan ini datang dari Chuck Zito, teman keluarga dan mantan pengawal Gatti Sr., yang membagikan postingan Instagram pada hari Rabu. Dia menulis: “Dengan berat hati saya harus mengucapkan… RIP kepada ARTURO GATTI JR yang berusia 17 tahun. Belasungkawa saya sampaikan kepada ibu, saudara perempuan dan laki-laki Arturo Gatti Sr dan putrinya Sophia.”
Moe Latif, yang sudah lama menjadi pelatih, dikabarkan dijadwalkan berangkat ke Meksiko pekan ini, tempat Arturo Jr. dan ibunya menginap. Namun, hal ini tidak terjadi, saat ia memposting di Instagram: “Sayangnya ini bukan rumor atau lelucon. Arturo telah tiada.”
Ada banyak penghormatan dari komunitas tinju selama beberapa jam terakhir, banyak yang merefleksikan potensi tinju dan warisan keluarganya.
Namun ada juga kekhawatiran atas pengalaman meresahkan yang dialaminya di usia muda, termasuk menghadiri pemakaman ayahnya yang dihadiri ratusan orang.
Gatti Jr. telah mencoba menemukan jalannya sendiri dalam olahraga ini setelah kematian tragis ayahnya pada tahun 2009.
Dia memiliki karir tinju yang penuh warna, memenangkan kejuaraan di dua divisi dan banyak pertarungan yang mengesankan.
Triloginya dengan petinju profesional Irlandia-Amerika Micky Ward, di samping pertarungannya melawan Tracy Harris dan Gabriel Ruelas, sangat mewakili warisannya. Tidak mengherankan, Gatti Jr. mengikuti jejak ayahnya dan pertama kali mengenakan sepasang sarung tangan pada usia enam tahun.
Meski usianya masih muda, ia sudah menunjukkan harapan dalam beberapa pertarungan amatir di kawasan Montreal. Gatti Jr lahir di Brasil hampir setahun sebelum kematian tragis ayahnya.
Petinju legendaris itu ditemukan tewas saat berlibur di negara Amerika Selatan itu pada 2009, ditemani istri dan putranya. Rodrigues, yang menemukan mayatnya, awalnya ditangkap karena dicurigai melakukan pembunuhan tetapi kemudian dibebaskan ketika pihak berwenang memutuskan tindakan tersebut sebagai bunuh diri.
Namun, kematiannya masih menjadi kontroversi lebih dari satu dekade kemudian, dengan banyak teman dekat dan anggota keluarga yang menolak menerima teori bahwa ia bunuh diri.